Sekali lagi, gw gak mau ngomongin tentang detail apa yang terjadi. Let’s just say I was at the lowest point of my life at that moment. I had a constant fights with my Mom, I felt depressed most of the times, dan bingung ‘hubungan’ gw waktu itu gimana dan mau dibawa kemana. Because honestly, he’s not really the one that I’m looking for (which later I found out that it’s all just a fling).
Beruntung gw dikelilingi temen2 yang bisa diajak tukar pikiran, yang bisa bantu gw ngeliat hal2 dari berbagai perspektif. Satu yang kurang, perspektif yang gw dapet semuanya dari sisi perempuan. Gw butuh sisi satunya, perspektif dari sisi laki2.
Cuman 2 orang cowo yang gw percaya untuk meng-share masalah gw ini. Charlie dan seorang temen lagi, Adjie.
Ditengah2 ‘gloomy days’ gw yang waktu itu isinya cuman depresi dan bimbang, tiba2 Adi mulai ngehubungin gw lagi. Just doing a little chit chat day after day, mulai dari cuman sapa2an gak penting sampe saling bales2an jokes2 yang kalah gak penting, hehe.
But somehow, his jokes is one of the thing that could make me laugh. And believe me, by that time, finding things that could REALLY made me laugh was totally rare. So I do really enjoy talking with him.
Dan gak butuh waktu lama buat gw (yang masih membutuhkan perspektif pria tentang masalah gw) untuk ngasih dia kepercayaan (didukung sama rekomendasinya Charlie which said that he’s trustworthy) buat tukar pikiran tentang masalah gw waktu itu.
September 2009
Seiring waktu, gw mulai yakin kalo apa yang terjadi antara gw dan ‘Si Rocker’ itu memang cuma fling. Susah emang buat ngeyakinin diri sendiri, bahkan beberapa kali gw sempet denial. Tapi pas suatu malem gw tukar pikiran sama Esther, Charlie, dan Adi, one thing that Adi said was like a wake up call for me. Intinya dia bilang “Terserah sekarang mau lo gimana, tapi jangan bohongin perasaan lo, and please be realistic.”
Dang.
And that’s it. No more denial. Mulai mikir pake logika. Problem solved.
–
Sementara gw coba untuk “menuntaskan masalah”, gw sama Adi jadi makin deket.
Deket?
Deket apa “deket”?
Gw sendiri ga yakin. I mean, I’m barely knew him. Ketemu aja belom pernah. Interaksi yang kita buat cuman dari YM, SMS, dan telfon. Gw gak tau apakah dia mandang gw cuman sebagai temen biasa atau temen yang gak biasa. Gw gak tau apakah dia memperlakukan temen2 cwnya yang laen kaya gini juga. Sumpah gw gak tau apa2. But I like him, and I want to find out more.
Tapi gw mau ngomongin ini semua ke siapa?
Ke Charlie atau Ajeng? Gak mungkin. Yang ada gw diketawain gila2an dikira cewe ge er.
Ke Esther? Ya, gw ngomongin masalah ini ke dia, dan jawabannya “Terserah elo, jangan nanya ke gw gimana, gw TAU orangnya aja engga. Tapi tolong, kalo elo mau ngedeketin dia, cari tau bener2 dia itu gimana, pastiin perasaan dia ke elo gimana. Jangan sampe nanti elo cuman dimaenin doang sama dia. Kalo sampe kaya gitu, gak akan gw restuin.”
Ke orangnya langsung? Hahahaha jangan gila dong. I might be crazy but I’m not dumb.
Well, kita sempet sih saling mancing2 tentang perasaan masing2. Dan dua2nya gak pernah ada yang mau bluntly tell how they really feel. Obrolan kita isinya bener2 isinya jokes, jokes, dan jokes.
Dan yang bikin gw amazed, we truly shared the same sense of humor. And I mean WE TRULY SHARED THE SAME SENSE OF HUMOR.
I told him my funny, lame, polite, rude, absurd, and even porn jokes, while waited until he finally gave up and said “OMG you’re such a crazy b*tch! Stay away from me!” and walk away from my life. But he doesn’t. Malahan dia bisa ngebales jokes gw se-KACAU apapun dengan cara yang sama ‘gilanya’.
Nemu orang yang bisa ngebales jokes gw dengan setimpal nyaris gak mungkin. But he can do it. Seriously.
–
Seiring waktu, kita berdua jadi “tambah deket”. He knew that I like him and I knew that he like me. Bahkan dia nanya ke gw “Kenapa kita gak jadian aja? Kita cocok. Kita sama2 suka.”
But I wanted to wait. Gara2 kejadian terakhir gw masih trauma sama yang instan2. I just don’t want to get hurt again. Toh gw dan dia belom pernah ketemuan, mana bisa yakin kalo kita emang cocok?
So, rencananya; ketemuan dulu, liat beneran cocok apa engga, kalo cocok terusin pdkt terus (sukur2) jadian, kalo engga ya temenan aja. Yak, cara konvensional emang paling aman.
–
Until one day, he got sick, and I realised that I do really care about this man.
Lupakan cara konvensional diatas. Gak pernah ada kata pdkt atau jadian antara gw dan dia. We just told eachother how we really feel, and that’s all it takes.
Mungkin kami nekat karena memutuskan untuk pacaran before we even met. Tapi gak tau, intuisi kami bilang “go for it”. So there we are.
–
Beberapa hari kemudian kita baru ketemuan. Mungkin harusnya kencan pertama kita itu garing gila (heloooo, lo berdua ngalamin proses penjajakan tanpa pernah ketemu muka??? what do you expect?!), but our first date was totally far from boring!
Gatau ya, apa mungkin karena kita berdua udah mutusin pacaran sebelum first date, jadi kita enjoy banget pas pertama kali jalan berdua. Gak ada deh yang namanya jaim2an atau apa. Yang ada sepanjang malem kita malah ketawa2 bikin jokes2 bego, curhat2an, kentut2an, sendawa2an, tabok2an, dan toyor2an (iya, gw serius).
Oke, ada sih awkward moments dimana gw ga berani ngomong sambil natap mata dia langsung atau dia yang (awalnya) ga berani gandeng tangan gw. Tapi selebihnya, kalo kalian ngeliat kami berdua waktu itu, mungkin kalian akan ngira kita udah pacaran bertaun2. Gw gak lebay. This is the truth. You really have to see it to believe it, hahay!
November 2009
It’s been more than a year after the Selendang Soetra concert. Taun ini PS Trimedika bikin konser lagi yang judulnya Symphony of Stories.
Untuk yang kedua kalinya Esther minta gw buat jadi MC konser. Ceritanya sama kaya taun lalu, MC aslinya mengundurkan diri. Hoho, kali ini gw udah jauh lebih pede, udah ada pengalaman taun sebelumnya gitu loh! Apalagi taun ini gw sehat walafiat. No bronchitis. Gak ada lagi batuk2 tiap 5 menit, suara serak, sama sesek nafas. Suara gw aman terkendali hehe.
But then beberapa hari sebelom konser, Esther bilang MC aslinya sign in lagi. Okee, no problem, yang penting gw bisa liat sahabat gw nyanyi. Doesn’t matter if I should watch her from backstage or from the audience seat.
Ternyata taun ini I could watch her sing right from the same stage. Gw diminta untuk jadi asisten pianisnya, bantu dia ngebolak balik partitur gitu. Sekali lagi, no problem, anything for my bestfriend :)
And the best thing is, taun ini, total stranger yang dulu nabrak gw diatas stage sekarang berdiri disamping gw. And I could proudly called him as my partner.
Pic: Esther, Dinda, Dna, Me, and Him after the Symphony of Stories concert :)
--
Sampe sekarang everything went well for us. I enjoyed every single moment with him. We discussed about everything, from serious matters to totally unimportant stuffs. We laughed at the same jokes. We read eachother's minds. And we finished eachother's unfinished sentences. It was great, really great.
I feel like he's the one. Ya, mungkin semua orang yang lagi in love bakal ngomong hal yang sama kaya gw. Tapi gw memang sekarang mencari "pasangan hidup" instead of "pacar". Inget umur soalnya. Udah bukan waktunya lagi pacaran yang tiap berapa bulan sekali putus.
Excuse "kita kan masih muda, boleh laah 'icip2' dulu, nanti juga pada akhirnya nemu yang sreg untuk pendamping hidup kita" gak pernah berlaku buat gw. Gak tau, it's just not me. I'm not that kind of person.
I know it's too soon to talk about the future. But the thing is, I can see mine with him. Doakan saja lah buat yang terbaik. Gimanapun Allah SWT yang berkuasa, gw dan si Smeagol disini cuman bisa berusaha buat ngejaga baik2 apa yang kita punya sekarang ini. Kalo jodoh ga bakal kemana kan? :)
–
For my Smeagol.. Kalo disuruh ngungkapin gimana perasaan saya ke kamu sekarang..
Well, kamu tau sendiri (dan udah liat sendiri) buku2 macem apa yang saya baca. Asli jauh dari yang namanya sastra atau buku2 yang berbahasa njelimet binti susah dicerna.
You know I’m not blessed with the ability to write a beautiful poem with rhymed words or filled with metaphores.
But I know I’m blessed because I have you in my life right now. It’s fate. I do believe it.
Jadi, yang mau saya bilang sekarang simpel aja. And I believe you do know that it’s a promise from the heart.
I love you.
:)
p.s. : thanks for the great 2009. cheers for 2010, hon! i have a feeling that it's gonna be a great year! ;)